Candi Cangkuang

Candi Cangkuang adalah sebuah situs bersejarah yang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Candi ini merupakan satu-satunya candi Hindu yang ditemukan di wilayah Tatar Sunda dan memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Keunikan Candi Cangkuang terletak tidak hanya pada struktur dan usianya, tetapi juga pada lokasi dan suasana alam di sekitarnya yang menawan.

Candi ini diperkirakan berasal dari abad ke-8 Masehi, pada masa kerajaan Hindu di Nusantara. Nama “Cangkuang” diambil dari nama tanaman sejenis pandan (Pandanus furcatus) yang banyak tumbuh di sekitar lokasi candi.

Candi Cangkuang bukan hanya tempat wisata sejarah, tetapi juga destinasi budaya yang memberikan wawasan tentang keragaman dan toleransi di Indonesia. Dengan latar keindahan alam yang asri, wisata ke Candi Cangkuang akan memberikan pengalaman yang menenangkan dan memperkaya pengetahuan sejarah. Cocok untuk wisata keluarga, edukasi, maupun pencinta budaya.

  • Tiket masuk: Rp10.000 untuk dewasa/orang – Rp5.000 untuk anak-anak.
  • Sewa perahu/rakit: Rp5.000 sudah bolak balik.
  • Jam operasional: umumnya buka pukul 07.00 hingga 17.00 WIB.

Fasilitas dan Aktivitas

Candi Cangkuang telah dilengkapi dengan fasilitas umum seperti area parkir, warung makan, tempat ibadah, toilet, dan pusat informasi wisata. Aktivitas yang dapat dilakukan di area ini antara lain:

  • Wisata sejarah dan budaya
  • Menyusuri danau dengan rakit
  • Berburu foto alam dan bangunan bersejarah
  • Edukasi budaya Sunda dan religi

Tips Berkunjung

  • Kunjungi pada pagi atau sore hari untuk menikmati suasana yang lebih sejuk.
  • Gunakan alas kaki yang nyaman karena ada sedikit berjalan kaki.
  • Hormati adat dan aturan lokal, terutama jika masuk ke Kampung Pulo.
  • Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen di danau dan candi.

Larangan dan Aturan Di Candi Cangkuang

Candi Cangkuang merupakan tempat yang sakral bagi penduduk sekitar, maka itu para penduduk lokal sangat mempercayai larangan-larangan yang ada di Kampung Pulo ini. Larangan-larangan kearifan lokal Kampung Pulo berlaku bagi semua orang baik Pribumi maupun Pendatang yang mengunjungi Kampung Pulo dan Candi Cangkuang.

Larangan-larangan yang berlaku di Kampung Pulo antara lain:

  • Dilarang berkunjung untuk alasan ke-rohanian pada hari Rabu (Hari Rabu disucikan oleh penganut agama Hindu).
  • Dilarang menabuh gong besar di area Kampung Pulo (Sejak putra dari Arief Muhamad meninggal karena tertimpa gong besar).
  • Dilarang memelihara binatang besar ber-kaki empat: Kerbau, sapi, kambing dll (Karena sebagian besar penduduk Kampung Pulo memenuhi kebutuhan hidup dengan bertani, dikhawatirkan hewan ini akan merusak hasil tani penduduk, akan merusak atau mengotori tempat sakral di kampung pulo).
  • Dilarang menambah atau mengurangi jumlah banguan pokok yang ada di kampung pulo.

Daya Tarik Wisata

  • Candi Hindu yang Unik Candi Cangkuang memiliki bentuk sederhana dan terbuat dari batu andesit. Meskipun ukurannya kecil, struktur arsitekturnya mencerminkan gaya klasik candi-candi Hindu Jawa Kuno. Di dalam candi terdapat arca Dewa Siwa yang menjadi simbol kepercayaan masyarakat pada masa lalu.
  • Makam Embah Dalem Arief Muhammad Di kompleks yang sama, terdapat makam tokoh penyebar agama Islam di daerah tersebut, yaitu Embah Dalem Arief Muhammad. Ini menunjukkan adanya perpaduan antara budaya Hindu dan Islam yang hidup berdampingan secara harmonis.
  • Situ Cangkuang Danau alami ini dikelilingi oleh pepohonan hijau dan udara sejuk pegunungan. Pengunjung dapat menikmati pemandangan sambil bersantai atau berfoto di rakit-rakit bambu.
  • Kampung Pulo Tak jauh dari candi, terdapat Kampung Pulo—permukiman adat yang masih menjaga tradisi leluhur. Rumah-rumah di kampung ini memiliki arsitektur unik, dan warganya memegang teguh nilai-nilai budaya serta larangan-larangan adat yang diwariskan turun-temurun.
 

Untuk mencapai Candi Cangkuang, pengunjung harus menuju Desa Cangkuang yang berada sekitar 16 km dari pusat kota Garut atau sekitar 45 km dari Kota Bandung. Salah satu keunikan perjalanan menuju candi ini adalah adanya danau kecil (Situ Cangkuang) yang harus diseberangi menggunakan rakit tradisional. Pengalaman menyebrangi danau dengan rakit ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *